Dia bersedia untuk tidur.
Bersiap untuk terlelap.
Tenggelam dalam mimpi indah.
Meskipun mimpinya tak seindah yang ia bayangkan.
Sementara ia mempersiapkan diri untuk menjelajah ruang mimpinya, tanpa ia sadari, ia mengalami kesulitan tidur. Matanya susah terpejam, entah apa yang ia rasakan. Ia terlihat terbebani. Apa karena terlalu banyak berpikir? Atau karena memang sekarang ia tidak bisa tidur? Entah apa yang terjadi. Seberapa besar ia berusaha untuk tidur, tetap saja tak bisa. Ia menerawang keseluruh kamar. Menatap langit-langit, melihat keempat sudut ruangan secara bergantian. Seperti berharap menemukan solusi atas kesusahan tidurnya malam itu. Dalam ruangan yang gelap, yang hanya diterangi cahaya lampu yang masuk melalui celah pintu kamarnya, semua barang terlihat samar-samar. Warna terang? dia tak bisa membedakan warna terang dengan warna gelap karena sedikitnya cahaya yang masuk.
Dengan gaya tidur seorang yang gelisah, ia tetap berusaha untuk terlelap. Berbalik kekanan, berbalik kekiri, kearah mana saja. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk memikirkan kejadian yang ia alami hari itu. Dia mulai membayangkan dirinya, ia melihat dirinya sedang belajar hal baru, hal yang mungkin sulit diterima otaknya, namun ia paksakan karena suatu alasan yang sangat masuk akal baginya. Kemudian ia mengingat lagi hari-hari sebelumnya, ia tahu bahwa sejak dulu ia selalu mempelajari hal baru. Timbul dipikirannya untuk menghentikan itu semua, mengingat banyak dari temannya yang sukses, sementara ia sendiri belum. Dia tahu dia sedang mempelajari banyak hal, segala hal. Namun ia merasa ada yang kurang, satu hal yang menyebabkan semua itu tidak berguna. apakah itu? sambil memasang headset dan memutar lagu ia berpikir. Apa yang kurang darinya sehingga segala sesuatu yang diinginkannya belum tercapai. Kemudian ia membandingkan dirinya dengan orang yang berada di sekitarnya. Dengan keadaan rileks setelah mendengarkan sedikit lagu. Ia mendapatkan kesimpulan bahwa ia hanya kurang mengaplikasikan semua inspirasi yang telah ia dapatkan. Ia mempelajari sekian banyak skill sehingga ia lupa sendiri dengan kehidupan sosialnya. Seharian ia hanya di rumah, lebih banyak menghabiskan waktu bermain gadget, tidur, makan, dan santai. Ia sangat menyesali apa yang telah ia lalui. Ia belajar banyak tapi lupa akan satu hal yang sangat berperang penting dalam kehidupannya, itulah kehidupan sosial.
Kemudian ia mencari alasan kenapa ia kurang bersosialisasi dengan dunia luar. Apa yang ada dipikirannya adalah karena wajahnya yang kurang menarik, hidup dalam keluarga yang sederhana. Sulitnya keuangan yang ia dapatkan. Ahh mungkin itu semua yang membuat ia kurang ingin bergaul. Kemudian ia berpikir kembali, mencari solusi atas segala yang telah dia lakukan. Ia tidak mau semua yang dipelajarinya akan sia-sia. Berpikir, berpikir, dan berpikir. Apa yang harus ia lakukan agar kehidupannya ini tidak sia-sia, agar apa yang ia pelajari selama ini tidak sia-sia. Terlintas dibenaknya bahwa ia hanya harus menggunakan skill yang ia miliki pada tempatnya, dengan kata lain. Pada saat seperti ini, ketika ia sedang sendiri. Ia tidak perlu menggunakan skill yang membutuhkan bantuan orang lain. Tapi ia hanya perlu menggunakan skill yang hanya diperlukan seorang saja. Yaitu dirinya sendiri. Jadi ia memutuskan untuk memulai apa yang ia yakini itu dengan sepenuh hati dan berharap apa yang di lakukannya itu sangat benar dan tidak salah.